“Entahlah..” sahutku lirih.Jay bangkit berdiri, menuju ke sudut ruangan dan mengangkat gagang telepon. Demi Tuhan. Desi porn Beginikah perasaanmu sesungguhnya? “Sebelum aku menjadi milik bule. Dan aku masih sering menghubunginya. Wajahnya melukiskan kebahagiaan dan ketenangan. “Hihihi, ada Ray.” Chie mencondongkan kepalanya ke depan dari balik pagar dengan sikap manja. Jay, kembaranku. Egois.”
Tuduhan itu membuatku terdiam. “Thanks, but no thanks.”
Kami tertawa berbarengan. “Sial lu, Jay.”
Jay tertawa, mengambil tempat di kursi di depanku, menatapku lekat dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. “Ray…”
Chie mengerang lirih saat batang kemaluanku menusuk liang kemaluannya. “Bisnis,” Chie mendesah. Namun aku tak tahu harus tertawa ataukah menangis mendengar sindiran itu. “Ah.. Bukan gadis yang berhak masuk dalam katalogku. Aku bangga, karena suaminya adalah seorang bule yang benar-benar bule, yang “open minded”. Betapa aku sangat menyayangi gadis ini. Ini pancaran yang jauh lebih dewasa, yang membuatku merasa demikian kecil di hadapannya. “Chie…” erangku tertahan, mataku terpejam. Aku pun juga. Bibirnya sedikit terbuka. Karena Chie lebih memilihku. Namun yang kutemukan bukanlah pancaran liar dan haus yang biasa kurasakan saat-saat kami masih bersama.
