Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.“Nin… ahshhh…”“tonhhh…”Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. lebih… puass…” katanya sambil mengangis lagi.Aku sungguh tak mengerti. Desi XXX Kami berdua ngos-ngosan. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Kami sama-sama meludah. Sesekali kami bertatapan. ton…”“Pegang ini”, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya. lebih… puass…” katanya sambil mengangis lagi.Aku sungguh tak mengerti. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. Dia menangis sesenggukan.“Nikmatnya memek perawan kamu Nin…” kataku tersenyum senang.Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Mau mati? Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi.
