Biarkan dia istirahat dulu.” ujar Mbah Sukmo sambil menggamit tangan Lisa yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.Mbah Sukmo menuju karpet besar di area meja praktiknya. Bokep Jembutnya aja ditata.Wanginya juga beda, batin Mbah Sukmo sesaat setelah melihat vagina Nyonya Restuwati. Mbah Sukmo tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang
begitu erotis. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa. Kilatan bekas cairan vagina mamanya masih nampak dari batang penis Mbah Sukmo. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa. Gerakan pantat Restuwati membuat penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Restuwati terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun. ”Din, setelah dua orang ibu-anak itu, aku mau istirahat.” ujar Mbah Sukmo dari dalam kamar prakteknya setelah memberikan susuk pada seorang pasien. Dari ujung kepalan Nyonya Restuwati yang masih terbalut jilbab kuning, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke duagundukan di dada Nyonya Restuwati. Nyonya Restuwati mendorong Sukmo rebah. Air kembang pun dalam sekejap membasahi jilbab dan gamis hitam Nyonya Restuwati. “Hong Silawe…Silawe…kemari Nduk. Mbah Sukmo kembali berujar, “NyonyaRestuwati tidak usah kuatir.
