Pantat nya saya dorong ke arah qu dengan sodokan qu ke Tempe nya.“Ahh… Ahh… Ehmmm…SSShhhhhh…….” Amida mendesah enggak karuan.saya pun sadar bahwa rudal qu tidak masuk ke lubang Tempe nya, hanya menggesek bagian luar dan mungkin Klitorisnya . Desi XXX “Enggak pernah.” Jawabnya dengan tegas. Sekian. Dan menyemburlah lah spermaku.“ Jrooot…sroooot…crooootttt…srooooot…..crooootttt………”“Ahhh… Oh… Shhh… Amidaii… Ouhhh…”Amida tak kalah semangatnya. “Ahhh… Enak Mas…” desahnya.Tangannya semakin kencang memegang rudal qu. Sebelum menghilang di balik belokan , Amida mulai tersenyumdan penuh arti kepada qu. “Amida juga heran, kenapa amida tak bisa nolak dan sulit untuk melarang.”
“Kamu pingin juga kan?” kata qu sambil tersenyum
“Ihhh……” ucap nya. Kemudian saya buka rok osisnya, dan rudal qu segera saya tempelkan pada belahan bokongnya yang baheno itu . Kemudian saya buka rok osisnya, dan rudal qu segera saya tempelkan pada belahan bokongnya yang baheno itu . Pintu kamarku di ketuk.“Maaas….Mass….”Amida memanggil, lalu kubuka pintu kamar qu dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu.