Sampai di rumah Mbak Ery, semua masih tidur sehingga yang membukakan pintu adalah pembantunya. Wah, tambah perfect deh, pikirku. XXX Hindi Setiap ada kesempatan, kami berdua mengulanginya lagi, tidak hanya di rumahnya, tapi juga di rumahku dan kadang2x untuk selingan kami janjian di luar rumah, main di mobil, pokoknya seruuuu. Mbak Ery tampak gelisah lalu mengusap-usap selangkangannya dengan tangan. Setelah puas melihat pemandangan di kamar, aku kemudian menuju meja makan di mana kulihat dua gelas teh manis sudah terhidang, satu untukku dan satunya pasti untuk Mbak Ery. Kini pantat bahenolnya terpampang di hadapanku, pantat yang selama ini aku impikan itu akhirnya bisa kuraih dan kuremas-remas. “Ya iyalah Mbak, masa’ mau cerita-cerita..”, candaku. Aku masuk ke dalam rumah dan setelah yakin si pembantu naik ke kamarnya di atas, aku mulai bergerilya. Dia dengan sedikit terburu-buru melepas CD hitamnya sehingga kini ia benar2x bugil di kamar. Mbak Ery menampik tanganku yang ingin menjamahnya, tapi nafsu birahi yang membakar otaknya membuatnya tak cukup tenaga untuk menolak lebih lanjut sentuhanku. Setiap sentuhan dan remasan tanganku di tubuhnya hanya direspon dengan kata “kurang ajar”
