Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak. Bokep brazzers Napasku memburu. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Dewi, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Dewi. Kak Dewi benar-benar terhenyak. Jeckrek !!! Aku yakin mereka tanpa busana. Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Dewi diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Terdiam beberapa saat, sebelum kak Dewi mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Dewi. “Tenang…pokoknya aman !”,
Kak Dewi nampak gelisah. “Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding. Tanpa kupersilahkan kak Dewi menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu. “Tedy…”, kak Dewi tiba-tiba memecahkan keheningan. Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Tak tahan berlama-lama aku merangkul tubuh kak Dewi. Manis lagi senyumnya. Wajah kami begitu dekat. “Janji ?!”, kak Dewi menatapku dalam-dalam.
