Monicaangantukk…”jawabku lirih diantara rasa nikmat akibat gerakan mang Narko dan rasa kantuk“Kang..sudah dulu. XXX Hindi Apaa mbak?”tanyaku“Alaaa cobain ajah dulu. Aku memang cemburu sama pemuda-pemuda itu…” masih kudengar ucapan bernada lesu mang Narko kepada mbak Siti. Soalnya tempik si non kuat banget ngemutnya…” ujar mang Narko berkilah.“Ntar! Aku hanya bisa melingkarkan kedua tanganku ke belakang kepalanya secara erat sambil merintih-rintih.Apa dayaku dibawah kendali seorang pria yg pernah belasan kali menikah dan begitu berpengalaman dalam hal ini. Tak perlu menunggu lama. Dan akhirnya dengan malu-malu aku anggukan kepalaku. Barusan si non bilang terima kasih ke kakang” Sambung mbak Siti.Mbak Siti membelai-belai rambutku sehingga kesadaranku semakin menjauh. aku terpekik lirih setiap kali sirkulasi kemesraan itu ia akhiri dengan sebuah gigitan dari gusinya yg tak bergigi itu.Mulutnya yg tak begigi itu ternyata membuat daya hisapnya menjadi semakin luar biasa.Mbak Siti tak lagi ikut campur tangan.
