Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”Aku langsung beres-beres dan pulang. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. XXX Hindi Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku tahu di mana ruangannya. Masih ada esok. Ia malah melengos. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Simak kisah lengkapnya berikut ini!Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Kali ini dengan telapak tangan. Ke bawah lagi: Turun. Kadang-kadang ketimun. Kring..! Badannya berbalik lalu melangkah. Tunggu apa lagi. Bodoh amat. Ia memulai pijitan. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus.
