Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Bokep China Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut.Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku mengikutinya. Duduk di tepi dipan. Sial. Aku tidak menjepit tubuhnya. Ia tersenyum ramah. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Haruskah kujawab sapaan itu?Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”Aku langsung beres-beres dan pulang.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Ayo. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Cuaca ibu kota membuatku panas saat menaiki angkutan umum, bentar lagi sampai di kantor, dan aku berdiri di pintu untuk mendapat angin masuk kedalam angkot, pekerjaan di kantor aku kerjakan di rumah supaya cepat selesai dan
