Kupandangi wajahnya yang cantik. Bokep jepang Kami berdua ngos-ngosan. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Beragam ekspresi ada di sana. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat.Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. “ton… aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah… aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku…” pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Aku sebenarnya ingin tertawa. Dia terkulai lemas. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Kami sama-sama meludah. Siapa tahan.“tonhhh… bajiingann!” untuk kesekian kalinya dia mengumpatku.Entah apa maksudnya. Nin… aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Namun tak peduli.“Ayo.. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.“ton… apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon… cepat..!”“Ehh..
