“Kamu tidak perlu melakukan itu.”
“Aku tidak ingin kamu sakit.”
“Aku sudah pakai jas hujan.”
“Itu tidak cukup.”
Lalu, sebuah mobil di seberang jalan membukakan pintu. Bokep brazzers Aku tidak menyalahkan pengemis-pengemis yang mencari rezeki dengan mengemis, tapi sekali lagi, aku lebih kagum pada anak itu. Dia punya usaha untuk hidup. Pikiranku mendadak kacau. Beberapa di antara mereka malah lebih menakutkan daripada hantu-hantu yang bergentayangan di rumah-rumah tua. Aku selalu senang memperhatikan mesin-mesin yang berjalan angkuh itu. Anak itu kembali menyodorkan jualannya, tapi kini cara berdirinya kurang stabil. Ada sedikit rasa kagum melihat anak itu. Tiap kali dia berkata begitu, dia selalu menyertakannya dengan merendahkan bahu. Kepalanya jatuh tepat di sisi trotoar. Aku memang tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Tidak tampak rasa takut dalam dirinya. Tapi seperti yang aku katakan, aku tetap bertahan pada tempatku berdiri. “Kamu tidak perlu melakukan itu.”
“Aku tidak ingin kamu sakit.”
“Aku sudah pakai jas hujan.”
“Itu tidak cukup.”
Lalu, sebuah mobil di seberang jalan membukakan pintu. Aku mematung di tempatku berdiri. Dia menjual, bukan mengemis.