“Chie…” desahku, mengusap ubun-ubun kepalanya. Xnxx bokep “Aku… aku kangen Papa,” suara gadis itu terdengar gemetar. Aku bangga, karena suaminya adalah seorang bule yang benar-benar bule, yang “open minded”. Waktu itu Jay juga sedang mengejar Chie. Jay menolehkan kepalanya ke arah mobil. Selalu seperti ini.Rumah Chie terlihat sedikit gelap. Aku, aku? Pertanyaan yang sangat sukat untuk kujawab. Karena bagiku Chie tak lebih dari sekedar bunga mawar yang jingga di antara kumpulan bunga-bunga mawar merah di kebunku. Inilah kita.”
Aku tak mau menoleh. Sempit, hangat. “Sebelum aku menjadi milik bule. Huh? Sibuk mendoktrin gadis-gadis tentang kenikmatan free-sex. Apalagi di saat-saat seperti ini. “Ray tahu.”
Chie menangis dalam pelukanku, membuatku sejenak mengingat ayahku sendiri yang selalu berkutat dalam pertempurannya dengan idealisme yang kumiliki. Pahit dan menyenangkan. “Aku juga, Chie. Sibuk memburu keperawanan bidadari-bidadari lugu. “Sebelum aku menjadi milik bule. “Ah.. Yang lebih suka minum es dengan murahan daripada minuman-minuman mahal yang tersedia di kafe-kafe.
