Aku berusaha menutup kakiku rapat rapat tapi tangan dia lebih kuat untuk mementangkannya kembali.Mataku melotot ke arahnya pertanda marah tapi dia hanya membalas dengan senyum kemenangan sambil mulai menyapukan penisnya ke vagina, akupun terpaksa menyesuaikan posisi tubuhku.Kupejamkan mata dan kugigit bibirku saat Pak Toni perlahan melesakkan penisnya, sementara diseberang telepon istrinya terus nyerocos tanpa henti, aku yang berada diantaranya jadi serba salah.Pikiranku sudah tak konsentrasi lagi pada apa yang dibicarakan mbak Lita karena kocokan Pak Toni yang semakin menghebat, semampuku menahan desahan kenikmatan, sungguh siksaan tersendiri. XXX Hindi HP berbunyi saat aku menuju didepan lift hendak turun.“ya Pak, udah sampai sih, ini mau turun kok” jawabku tanpa sadar kalau sebenarnya aku harus naik dan bukan turun.Lift terbuka, ada 2 orang laki laki di dalam, mereka menyambutku dengan senyum ramah cenderung nakal, apalagi sorot mata yang genit melototi lekuk tubuhku. “oke tapi janji tak lebih dari jam 12, besok aku ada meeting pagi pagi” kata Pak Toni pada istrinya sambil melirik ke arahku. Toni ada mbak ?” tanyaku sok akrab dengan memanggil Toni tanpa Pak, supaya dia tidak curiga”oh, mbak
