Ck.. Desi XXX Aku tak tahu. Gila!” rutukku dalam hati. “Baru aja ma,” sahutku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. Genjotannya liar dan keras. Bikin berabe aja. Uang jajan tak pernah kurang. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Tentang apa saja. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka. “Benar Wil?” tanyaku. Tapi tak juga pernah kesampaian. Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. Uang jajan tak pernah kurang. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Sadis. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Ketahuan Mama gimana?” sahutku. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur.
